Manggarai, Antarnews.net – Sebanyak 26 jurnalis Manggarai melaksanakan kegiatan site visit pengembangan di PLTP Ulumbu 2 x 30 PT. PLN Persero UIP NTT di Desa Wewo, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai, pada Rabu (18/6/2025).
Selain para jurnalis, kegiatan ini juga dihadiri juga Kepala Desa Wewo dan Lungar, Pendamping PKH di wilayah tersebut, Tokoh Pemuda, dan juga Pendamping Kelompok Tani masyarakat setempat.
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang lebih mendalam tentang cara kerja PLTP Ulumbu, dampaknya terhadap lingkungan sekitar, serta tugas-tugas pokok para pekerja di fasilitas tersebut.
Kemudian, kegiatan site visit ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan yang lebih mendalam tentang pengembangan kawasan geotermal sebagai sumber energi hijau dan bersih.
Roya Ginting, Kepala Teknis Panas Bumi (KTPB), menjelaskan bahwa geotermal merupakan sumber energi yang stabil dan dapat diandalkan, karena tidak bergantung pada faktor-faktor alam yang tidak dapat diprediksi seperti sinar matahari atau angin.
“Geotermal adalah sumber energi yang bersih dan berkelanjutan. Ketersediaan sumber energinya tidak berubah, tidak seperti pembangkit listrik tenaga surya yang bergantung pada sinar matahari atau pembangkit listrik tenaga angin yang bergantung pada ketersediaan angin,” ujar Roya Ginting.
Dalam kesempatan tersebut, Roya Ginting juga menjelaskan bahwa Flores telah ditetapkan sebagai ikon pulau geotermal berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No. 2268K/30/MEM/2017 tanggal 19 Juni 2017.
Selain itu, ia menambahkan bahwa potensi wilayah kerja panas bumi seluas 18 ribu hektar terdapat di Kecamatan Satar Mese, menunjukkan besarnya potensi energi geotermal di wilayah tersebut.
Sementara itu, Agradi Aryatama, Bagian Komunikasi dan TJSL PLN UIP Nusa Tenggara juga menjelaskan cara kerja geotermal yang bersumber dari magma panas bumi di bawah permukaan yang memanaskan batuan dan air.
“Air hujan meresap ke dalam tanah pada kedalaman 1.000-3.000 meter hingga mencapai zona panas, lalu berubah menjadi uap. Tekanan uap ini kemudian dijaga oleh lapisan batuan kedap air,” katanya.
Ia juga menguraikan perbedaan antara geotermal dengan tambang.
“Geotermal bukan tambang, karena cara kerjanya tidak melibatkan pengambilan bahan galian dengan menggali, mengebor, dan mengangkut material yang meninggalkan lubang besar,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut juga, Tony, yang juga mediator isu-isu sosial geotermal, mengungkapkan bahwa pihak PLN UIP NUSRA telah berkoordinasi intensif dengan pihak-pihak yang menolak untuk mencari solusi yang terbaik demi pengembangan kawasan geotemal.
Pemuda Sebagai Ring Satu di PLTP Ulumbu Angkat Bicara
Faiz Boa, salah satu tokoh pemuda asal desa Wewo yang menyatakan dukungan terhadap proyek pengembangan dari PLTP Ulumbu.
“Sejak awal saya mendukung Geotermal, akan tetapi saya tidak mendukung tidak mendukung itu bodoh. Tentu dengan alasan yang cukup rasional,” ungkapnya.
Ia menuturkan, jika bicara soal PLTP Ulumbu, sepengetahuan dan pengalamannya (di desa Wewo) bahwa dalam setiap program atau proyek itu pasti ada dampak.
“Bangun rumah saja itu pasti ada dampak. Ketika bangun itu saya harus babat beberapa pohon cengkeh,” tuturnya
Disini (desa Wewo) kata dia, dampak yang paling nampak itu lebih kepada corosit seng, kemudian produktivitas tanaman gegara PLTP Ulumbu.
Di samping itu, meski tak disebutkan nama medianya, ia menyinggung soal media yang akhir-akhir ini getol memberitakan tentang dampak (negatif) dari proyek geotermal.
“Saya juga bingung, kenapa lama-lama banyak baik media yang menjadi ahlis dampak itu. Karna sepengatahuan saya yang kebetulan sering berdiskusi dengan ahli di bidan PLTP. Dia bilang kalau bicara dampak langsung dari PLTP, memang tidak bisa di nafikan soal berkarat dari besi-besi, tapi soal tanaman ahli mengatakan itu dampak dari perubahan iklim. Karena itu saya percaya bahwa perubahan iklim itu terjadi di desa Wewo,” ungkapnya.
Jadi lanjut dia, soal bicara produktivitas tanaman itu bukan karena adanya kegiatan operasi PLTP, namun besar kemungkinannya itu karena perubahan iklim.
Di sisi lain Faiz bilang, soal kehadiran PLTP Ulumbu sangat membantu keadaan masyarakat desa Wewo. Seperti kelompok-kelompok tani yang sering di bantu oleh PLTP Ulumbu.
Kemudian sumbangsih untuk kegiatan-kegiatan keagamaan (di gereja) baik setiap perayaan paskah maupun natal demikian dengan hal adat.
“Saya menekan bahwa , saya mendukung proyek ini PLTP ini dimanapun dia berada. Sebab disna ada pertimbangan simbiosis mutualisme (saling menguntungkan). Saling menguntungkan itu antar perusahaan dengan masyarakat sekitar,” ujar Faiz yang juga merupakan penulis itu.
Karena itu Faiz berpikir, antar dukung dan tidak itu titik temunya disna. Bagaimana kehadiran PLTP ini dia bisa memberikan dampak yang positif untuk masyarakat sekitar.
Sebagai generasi muda ia tegaskan, pihaknya harus realistis, bahwa pemuda butuh kemajuan, dan salah satu bukti kemajuan adalah kehadiran listrik (energi bersih).
“Sebagai pemuda, saya harus mengatakan realistis dengan zaman dan untuk menerima kemajuan kita bukan hanya realistis dengan resikonya tetapi kita harus membuat patokan juga. Patokan bahwa kalau memang itu akan menghancurkan kita batasi, kalau akan menguntungkan kita tingkatkan,” tegasnya.
Diketahui Kegiatan ini diakhiri dengan sesi diskusi yang menarik dan kunjungan ke beberapa lokasi vital di PLTP Ulumbu, serta mengunjungi kawah uap Ulumbu. Dengan kegiatan ini, diharapkan para jurnalis Manggarai dapat memahami lebih baik tentang pengembangan kawasan geotermal sebagai energi hijau dan bersih.**




























